Selamat Datang Di Blog Maulida Yulia Rahmi

Sabtu, 20 September 2014

Tugas dan Fungsi Apotek dan Puskesmas

  Tugas dan Fungsi
1.  Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
a.         Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
b.         Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
c.         Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
d.        Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Anonim, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 pasal 2, apotek sebagai sarana pelayanan kesehataan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
a.         Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
b.         Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c.         Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
2.  Puskesmas
a.         Tugas Puskesmas :
1)        Menyediakan data, informasi mutasi obat, perbekalan kesehatan, dan kasus penyakit dengan baik dan akurat.
2)        Setiap akhir bulan menyampaikan laporan  pemakaian obat dan perbekalan kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3)        Bersama tim Perencana Obat Terpadu membahas rencana kebutuhan puskesmas.
4)        Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
5)        Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak atau kadaluarsa kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6)        Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b.         Fungsi Puskesmas :
1)        Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan pusat pemberdayaan, mengupayakan program-program pembangunan yang berwawasan kesehatan yaitu :
a)        Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
b)        Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c)        Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
d)       Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
2)        Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan untuk berupaya agar :
a)        Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
b)        Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.
c)        Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
3)        Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang meliputi :
a)        Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)

b)        Pelayanan kesehatan perorangan (private goods)

ANTIHIPETENSI

B.      ANTIHIPERTENSI
1.         Pendahuluan
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
a.         Curah jantung
Ialah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup jantung. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung dan volume darah yang kembali ke jantung.
b.        Resistensi perifer
Adalah gabungan tekanan otot polos arteri dan viskositas darah. Resistensi disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dinding pembuluh darah akibat adanya arteriosklerosis yang terjadi karena meningkatnya usia atau karena pengendapan.

Ada 2 macam tekanan darah, yaitu :
a.      Tekanan darah sistolik : tekanan darah yang terjadi pada saat jantung berkontraksi. Tekanan ini selalu lebih besar dari tekanan diastolik.
b.     Tekanan darah diastolik : tekanan darah yang terjadi pada saat jantung berelaksasi (mengembang).
Tekanan darah dinyatakan dengan satuan mm/Hg, misalnya 120/80 mm/Hg, artinya tekanan darah sistolik 120 dan tekanan darah diastolik 80 mm/Hg.

Tabel tekanan darah menurut WHO :
Klasifikasi
Sistolik (mm/Hg)
Diastolik (mm/Hg)
Normal
< 120
< 80
Normal tinggi
120 – 139
80 – 89
Hipertensi tingkat I
140 – 159
90 – 99
Hipertensi tingkat II
≥ 160
≥ 100

Dikatakan hipertensi bila ada peningkatan tekanan (lebih besar dari normal) darah sistolik atau diastolik yang kronis.
Tekanan darah tubuh diatur oleh Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS). Hormon renin dihasilkan oleh ginjal. Bila aliran darah dalam glomeruli berkurang, ginjal akan melepaskan renin. Dalam plasma renin bergabung dengan protein membentuk Angiotensin I yang oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dirubah menjadi Angiotensin II, yang aktif dan bersifat vasokontriksi dan menstimulir hormon aldosteron yang mempunyai efek retensi air dan garam, sehingga volume darah bertambah, mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Disamping RAAS, tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a.   Volume denyut jantung : makin besar volume denyut jantung, tekanan darah makin tinggi.
b.  Elastisitas/kelenturan dinding arteri : makin kurang elastis/kaka, tekanan darah makin tinggi.
c.   Pelepasan neurohormon (adrenalin dan noradrenalin) : lepasnya neurohormon dirangsang oleh emosi, gelisah stress, takut, marah, lelah atau rokok. Neurohormon bersifat vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah naik.
Tekanan darah tinggi bukanlah penyakit, tapi hanya kelainan atau gejala yang disebabkan oleh penyakit ginjal, pencuitan aorta atau tumor pada anak ginjal (menyebabkan produksi hormon berlebihan), yang mempunyai efek adanya gangguan pada sistem regulasi tekanan darah. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut hipertensi essensial.
Hipertensi mengakibatkan resiko besar seperti kerusakan jantung (infark jantung), pembuluh darah (bila pembuluh darah di otak pecah dapat menyebabkan infark otak sehingga badan menjadi lumpuh separuh), kerusakan ginjal, selaput mata dan komplikasi lain. Faktor lain yang menyebabkan hipertensi :
1.   Garam, ion Na+ bersifat retensi air sehingga memperbesar volume darah, juga memperkuat noradrenalin, dengan demikian memperkuat vasokontriksi.
2.   Asam glisirizat (yang terkandung dalam succus), dapat mempertinggi tekanan darah pada orang tertentu bila dikonsumsi dalam jumlah besar.
3.   Hormon estrogen dalam pil KB bersifat menahan air dan garam, demikian juga hormon androgen dan kortikosteroid.
4.   Kehamilan, akibat peregangan uterus terlalu besar oleh janin.

Gejala hipertensi :
Gejala yang khas tidak ada, penderita kadang-kadang hanya merasa nyeri kepala pada pagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun rasa nyeri akan hilang, gangguan hanya dapat diketahui dari pengukuran tekanan darah secara teratur.

2.         Macam – Macam Hipertensi
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi dua yaitu :
a.   Hipertensi essensial atau hipertensi primer, disebut juga hipertensi idiopatik, yaitu hipertensi yang tidak jelas penyebabnya. Hipertensi ini merupakan 90% dari kasus hipertensi. Faktor yang mempengaruhi antara lain usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol, berat badan dan aktifitas renin plasma.
b.  Hipertensi sekunder, prevalensi hipertensi ini hanya 6-8% dari seluruh penderita hipertensi. Disebabkan oleh penyakit, obat, dll. Yang disebabkan oleh penyakit ginjal disebut hipertensi renal, sedangkan yang disebabkan oleh penyakit endokrin disebut hipertensi endokrin. Sedangkan obat-obat yang dapat menyebabkan hipertensi misalnya hormon kontrasepsi, hormon kortikosteroid, anti depresan, dll.

3.         Pencegahan
Berhubung gejalan khas tidak ada, sedangkan hipertensi beresiko besar, maka perlu mengenal lebih awal gangguan ini, yaitu dengan mengukur tekanan darah secara berkala (minimal sekali dalam satu tahun), terutama bagi yang sudah berusia 45 tahun ke atas.
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan oleh pasien meskipun hanya menderita hipertensi ringan antara lain :
a.   Bagi yang obesitas : menurunkan berat badan, sebab dengan menurunkan berat badan, volume darah juga akan berkurang. Penurunan berat badan 1 kg akan menurunkan tensi darah lebih kurang 0,5 / 0,7 mm / Hg.
b.  Diet garam : maksimum 2 gram per hari. Mengurangi konsumsi lemak termasuk daging, sebaliknya memperbanyak konsumsi makanan nabati.
c.   Tidak merokok, sebab nikotin mempunyai efek vasokonstriksi dan karbondioksida dalam asap rokok mengganggu pernafasan dan mengikat hemoglobin sehingga penyerapan oksigen sangat berkurang. Selain itu Ter dalam asap bersifat karsinogen dan menyebabkan atherosklerosis.
d.  Mengurangi minum kopi, karena kafein dalam kopi dapat menstimulir kontraksi jantung, dan menciutkan pembuluhan darah secara akut dengan terjadinya gangguan ritme  jantung. Kopi tubruk dapat meningkatkan kolesterol darah akibat kandungan lemak jenuh. Minum lebih dari 5 cangkir dapat meningkatkan resiko infark 70%.
e.  Alkohol, tiap 10 gram alkohol dapat meningkatkan 0,5 mm / Hg tekanan darah.
f.   Istirahat (relaksasi mental seperti yoga, chi kung) dan tidur cukup.
g.   Olahraga teratur dan cukup bertenaga, dapat merangsang saraf parasimpatis untuk lebih aktif sedangkan saraf simpatis yang mempunyai efek vasokontriksi kurang aktif. Misalnya jalan cepat setiap hari selama setengah jam sebanyak tiga kali seminggu cukup memberikan hasil.

4.         Pengobatan
Prinsip pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah, bila mungkin sampai pada tekanan normal  atau pada tekanan yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak dan jantung. Ada dua cara pengobatan hipertensi, yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.
Terapi non farmakologi, adalah terapi tanpa menggunakan obat-obatan, misalnya dengan menggunakan berat badan, diet garam dan sebagainya (lihat tindakan umum). Sedangkan Terapi farmakologi, ialah cara bertahap (stepped care = SC), ada empat tahap, yaitu :
a.   Tahap pertama, dengan satu obat diuretika tiazida atau beta bloker dengan dosis kecil kemudian dosis dinaikkan.
b.  Tahap kedua, dengan dua obat : diuretika tiazida dan alfa atau beta bloker.
c.   Tahap ketiga, dengan tiga obat : diuretika tiazida dan beta bloker dan vasodilator (biasanya Hidralazin) atau penghambat ACE.
d.  Tahap keempat, dengan empat obat : diuretika tiazida, beta bloker, vasodilator dan guanetidin atau penghambat ACE.

5.         Penggolongan Obat Hipertensi
Tekanan darah ditentukan oleh volume menit jantung dan daya tahan dinding arteriol, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
                          TD    =   VM   x   DTP
 
 



Keterangan :
TD                                 = tekana darah
VM               = volume menit jantung
DTP               = daya tahan perifer

Dari rumus di atas, tekanan darah dapat diturunkan dengan mengurangi VM atau DTP. Obat-obat hipertensi bekerja atas dasar prinsip tersebut.
Penurunan VM dilakukan dengan blokade reseptor beta jantung dan dengan mengecilkan volume darah oleh diuretika.
Penurunan DTP diatur oleh faktor yang bekerja melalui susunan saraf sentral maupun perifer. Sedangkan zat-zat vasodilatasi bekerja langsung terhadap perifer diluar sistem adrenergik. Menurut zat khasiat farmakologinya, anti hipertensi dibagi 8 :
a.   Diuterika, lebih praktis bila diberikan dalam bentuk long acting atau dosis tunggal, misalnya klortalidon, HCT.
b.  Alfa Bloker : misalnya prasozin dan terazosin.
c.   Beta Bloker : misalnya propranolol.
d.  Penekan SSP, misalnya reserpin, klonidin dan metildopa.
e.  Antagonis kalsium, misalnya nifedipine, verapamil dan diltiazem.
f.   ACE bloker, misalnya kaptopril, cilazapril, ramipril dan enalapril.
g.   Zat-zat vasodilator, misalnya hidralazin, minoksidil dan dihidralazin.
h.  Antagonis Angiotensin II, misalnya losartan K dan irbesartan.

6.         Penggunaan
Kebanyakan obat hipertensi bekerja lambat, efeknya baru terlihat setelah beberapa hari, sedangkan efek maksimal setelah beberapa minggu. Obat-obat dengan plasma t ½ antara 2-5 jam efek hipotensinya dapat bertahan sampai 20 jam, misalnya reserpin, metildopa, hidralazin, propranolol dan metoprolol. Kombinasi antara obat-obat tersebut  menghasilkan potensiasi, dengan demikian dosis dapat diturunkan dan efek samping lebih ringan. Obat-obat dengan titik kerja sama (termasuk dalam satu kelompok) jika dikolbinasikan tidak menghasilkan potensiasi.

7.         Efek Samping
Semua obat hipertensi menimbulkan efek samping seperti hidung tersumbat (karena vasodilator mukosa hidung), mulut kering, rasa letih dan lesu, gangguan lambung-usus (mual, diare), gangguan penglihatan dan bradi kardi (terkecuali Hidralazin yang justru menyebabkan takikardia).
Waktu menelan obat sebaiknya pada pagi hari setelah makan, sebab tekanan darah paling tinggi pada pagi hari. Dosis pemberian obat maupun penghentian sebaiknya secara berangsur, untuk menghindari penurunan dan kenaikan drastis.

8.         Informasi Obat Dengan Resep Dokter
a.   Labetalol
      Indikasi                                 : Hipertensi sedang sampai berat
      Mekanisme kerja             : Merupakan derivat Salbutamol dengan kerja yang cepat
setelah 2-4 jam. Efek menguat dengan meningkatnya dosis.
Obat ini dapat diberikan pada wanita hamil.
Sediaan                                : Oral 100 mg, 200 mg.
b.  Klonidina
Indikasi                                 : semua bentuk hipertensi
Mekanisme kerja             : merupakan turunan imidazol yang kerjanya kuat
berdasarkan efek adrenolitik sentral. Dalam dosis kecil
bersifat vasokontriksi perifer.
Sediaan                                : injeksi 0,15 mg/ml.
c.   Metildopa
Indikasi                                 : hipertensi ringan sampai sedang
Mekanisme kerja             : bekerja kuat pada SSP dengan stimulasi reseptor pusat
vasomotor, sehingga menekan saraf adrenergik perifer.
Efek samping                     : anemia dan leucopenia
Interaksi obat                    : sering dikombinasi dengan diuretik.
Sediaan                                : tablet salut selaput 250 mg.
d.  Hidralizin
Indikasi                                 : Semua tingkatan hipertensi
Mekanisme kerja             : Mempunyai efek vasodilatasi langsung terhadap dinding
arteri.
Efek samping                     : Gangguan lambung-usus, nyeri kepala dan Takikardia. Pada
penggunaan dosis tinggi yang lama berakibat borok kulit
dan habituasi.
Sediaan                                : Tablet 25 mg.
e.  Reserpin
Adalah salah satu alkaloida dari Rauwolfia serpentina
Indikasi                                 : Hipertensi ringan dan sedang
Mekanisme kerja             : Efek supresi yang tidak begitu kuat terhadap SSP. Plasma t
½ pendek, yaitu ¼ sampai 3 jam, tetapi efek hipotensi
bertahan sampai 36 jam, sebab dapat terakumulasi.
Efek samping                     : Depresi psikis dan hipotensi ortostatik, pada permulaan
pengobatan timbul gangguan lambung, lelah, mengantuk
dan hidung tersumbat.

Sediaan                                : Tablet 0,1 mg.